Minggu, 01 Januari 2012

Harga Seorang Ayah

baca yang bener ya pa.. ibu juga boleh deh... hehe...

____Seperti biasa Rudi, Kepala Cabang di
sebuah perusahaan swasta terkemuka di
Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9
malam.

Tidak seperti biasanya, Imron, putra
pertamanya yang baru duduk di kelas
tiga
SD yang membukakan pintu. Ia
nampaknya
sudah menunggu cukup lama.

"Kok, belum tidur?" sapa Rudi sambil
mencium anaknya. Biasanya Imron
memang
sudah lelap ketika ia pulang dan baru
terjaga
ketika ia akan berangkat ke kantor pagi
hari.

Sambil membuntuti sang Papa menuju
ruang keluarga, Imron menjawab, "Aku
nunggu Papa pulang. Sebab aku mau
tanya
berapa sih gaji Papa?"

"Lho, tumben, kok nanya gaji Papa? Mau
minta uang lagi, ya?"

"Ah, enggak. Pengen tahu aja."

"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap
hari
Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar
Rp
400.000,-. Dan setiap bulan rata-
rata dihitung 22 hari kerja. Sabtu dan
minggu
libur, kadang sabtu Papa masih lembur.
Jadi, gaji Papa dalam satu bulan
berapa,
hayo?"

Imron berlari mengambil kertas dan
pensilnya dari meja belajar, sementara
Papanya melepas sepatu dan
menyalakan
televisi.

Ketika Rudi beranjak menuju kamar untuk
berganti pakaian, Imron berlari
mengikutinya.

"Kalau satu hari Papa dibayar Rp
400.000,-
untuk 10 jam, berarti satu jam Papa
digaji Rp
40.000,- dong," katanya.

"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci
kaki, bobok,"perintah Rudi.

Tetapi Imron tak beranjak. Sambil
menyaksikan Papanya berganti pakaian,
Imron kembali bertanya, "Papa, aku
boleh
pinjam uang Rp.5.000,- nggak?"

"Sudah, nggak usah macam-macam lagi.
Buat apa minta uang malam-malam
begini?
Papa capek. Dan mau mandi dulu.
Tidurlah.

"Tapi Papa..."Kesabaran Rudi habis.

"Papa bilang tidur!" hardiknya
mengejutkan
Imron.

Anak kecil itu pun berbalik menuju,
kamarnya.

Usai mandi, Rudi nampak menyesali
hardikannya. Ia pun menengok Imron di
kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu
belum tidur. Imron didapatinya sedang
terisak-isak pelan sambil memegang
uang
Rp. 15.000,- di tangannya.

Sambil berbaring dan mengelus kepala
bocah kecil itu, Rudi berkata, "Maafkan
Papa,
Nak, Papa sayang sama Imron". Buat apa
sih minta uang malam-malam begini?
Kalau
mau beli mainan, besok'kan bisa.
Jangankan Rp 5.000,- lebih dari itu pun
Papa
kasih."

"Papa, aku nggak minta uang. Aku
pinjam.
Nanti aku kembalikan kalau sudah
menabung lagi dari uang jajan selama
minggu ini."

"Iya, iya, tapi buat apa?" tanya Rudi
lembut.

"Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku
mau
ajak Papa main ular tangga. Tiga puluh
menit saja, mama sering bilang kalau
waktu
Papa itu sangat berharga. Jadi, aku mau
ganti waktu Papa. Aku buka tabunganku,
ada
Rp 15.000,-. Tapi karena Papa bilang
satu
jam Papa dibayar Rp 40.000,-, maka
setengah jam aku harus ganti Rp 20.000,-
Duit tabunganku kurang Rp 5.000,- .
Makanya aku mau
pinjam dari Papa," kata Imron polos.


Rudi terdiam. Ia kehilangan kata-kata.
Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat
dengan
perasaan haru. Dia baru menyadari,
ternyata
limpahan harta yang dia berikan selama
ini,
tidak cukup untuk "membeli"
kebahagiaan
anaknya